Wednesday, July 11, 2007

”Unjuk Rasa”


UDAH lebih dari dua tahun Kantin Banget keliling sekolah dan baru-baru ini mulai ”goes to campus”. Bukan karena skul lagi pada libur, melainkan karena Dyana –anggota geng yang ngundang lewat Mas Prio-- kebetulan mahasiswi STIE As-Sholeh Pemalang. Nggak sengaja, tapi boleh juga diterusin ke kampus-kampus lain. Kalau itu terjadi, tim Kantin Banget nggak bakalan lupa jasa Dyana sebagai pioner ”talking about...” di kampus. Suer!

Liputan acara hari itu udah ditulis Mbak Unik minggu lalu (”Hayo... Cemburu, cemburu!”, Edisi Minggu Suara Merdeka, 8 Juli 2007). Tapi ada yang belum tercatat di sana, yakni adegan seusai ”talking about…”. Saat kami pamit, Dyana ngajak kami mampir ke Jln Semeru. Sampai di tujuan, dia langsung ”lenyap”. Kami bingung.

Tapi setelah membaca tulisan Susu Kedelai ”Unjuk Rasa” di boks-becak di halaman rumah, kami bisa menduga (GR dikit gpp-lah) apa yang sedang Dyana lakukan di dalam sana. Ternyata benar. Beberapa saat kemudian dia nongol dengan tas di tangan.

”Ini susu kedelai dari teman-teman,” katanya pada Mas Prio. Ketika kami bertanya, ”Ini rumahmu?” Dyana cepat menjawab, ”Bukan. Ini rumah orang yang membiayai sekolahku...” Wow! Kami salut atas kejujuran itu.

Kami juga senang. Sangat senang malah. Apa sebab? Pertama, Dyana ngundang kami bukan sekadar untuk ”berbagi cerita, ilmu, dan haha-hihi” di depan teman-temannya, melainkan juga untuk silaturahim. Mampir, bingkisan, dan kejujuran itu buktinya.

Kedua, dalam perjalanan pulang ke Semarang, kami berkesempatan menikmati susu kedelai aneka rasa (dari cokelat sampai stroberi) yang ternyata emang ”unjuk rasa” banget. Thanks ya, Na! Sampaikan salam kami untuk ortu dan orang-orang yang sayang sama kamu. Semuanya.

Ehm, kalau dirasa-rasa, adegan di luar acara seperti itulah yang bikin kami ”bertahan” hingga sekarang. Nggak selalu terjadi, tapi setiap kali terjadi, langsung mengusir penat dan boring. Di Limpung, panitia rame-rame nyetempel tangan kami. Di Solo, panitia ngasih kami teh botol Sosro saat mereka dan peserta minum Fanta dan Coca-Cola. Di Magelang, panitia dan peserta nantang kami nyablon ”kaos sendiri”. Di Demak, peserta minta doa lulus dan mencium tangan kami....

Seperti rubrik dan geng, ”Kantin Banget Talking about...” adalah media silaturahim. Rezekinya, bisa jadi, nggak terasa sekarang, tapi kelak di kemudian hari. Aminlah amin...

Sunday, July 1, 2007

Roadshow & Wisata Kuliner




By Wiwien Wintarto


Salah satu unsur yang paling menarik dari acara roadshow Kantin Banget Talking about… adalah wisata kulinernya. Yap, macam Om Bondan yang action berkeliling Nusantara untuk mencicipi makanan-makanan terenak dan khas daerah setempat, KBTa juga melakukan hal serupa, tentu saja masih dalam lingkup Jawa Tengah tok.
Dan yang asyik, tiap kota yang udah pernah kami kunjungi selalu menyimpan jenis-jenis hidangan khas yang semuanya lezat tak terlupakan. Akibatnya, tiap kali kami bertandang ke kota atau arah jurusan itu, tujuan wisata kulinernya tetep nggak berubah alias udah jadi langganan tetap.
Secara umum ada tiga arah jurusan utama roadshow rombongan tim KBTa selama ini, yaitu barat ke kota-kota pantura macam Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, hingga Tegal; timur ke Demak, Kudus, Pati, Purwodadi, Blora, dst; dan selatan. Arah selatan pun terbagi dua, yaitu ke arah Magelang, Temanggung, Purworejo, dan satunya lagi menuju Salatiga dan Sala (menurut kaum sepuh, mBacanya ternyata “Sala” dengan huruf “a” (ao) diucapkan macam dalam kata “sanga”/”pohon”, dan bukannya “O” utuh (“Solo”) seperti dalam kata “bocah”/”polah”).
Tiap go west macam pas terakhir kali ke Pemalang tanggal 30 Juni lalu, kami pasti mampir ke Ayam Goreng Panas Mbak Parwati (atau Purwati? Rada ra kelingan!) di dekat alun-alun Batang. Seperti namanya, menu utama (dan satu-satunya di kedai ini) adalah ayam goreng. Dan karena bener-bener baru dientas dari wajan penggorengan, panasnya pun minta ampun. Boleh dibilang menit-menit pertama acara santap akan berlangsung uncomfortable karena tangan kita pasti akan kecanthang (kepanasen) saat memegang tu ayam.
Tapi keadaan uncomfortable itu pasti akan tergantikan oleh kelezatan ayam goreng yang demikian memukau lidah. Dagingnya empuk, pulen, dan gurih. Ciri khasnya adalah, mereka menggorengnya dengan campuran telur, jadi kremesannya adalah berbentuk pinggiran telur yang crunchy, garing, dan kemripik.
Saat pertama masuk, kita dipersilakan untuk memilih bagian mana yang kita kehendaki. Apa paha, dada, kepala, atau suwiwi (sayap). Kusarankan untuk memilih dada, soale guede dan muantep nggak abis-abis. Dan seperti kebiasaan makanan gorengan di Indonesia, penyajiannya pun dilengkapi dengan lalap timun, kubis, daun kemangi, dan sambel yang luar biasa sedap.
Untuk tur ke timur, menu wajib yang harus kalian coba adalah soto Kudus yang ada di dalam wilayah Kota Kudus. Any warung soto di sana menyajikan cita rasa soto yang Kudus banget. Kalau nggak mudeng peta persotoannya, bisa tanya pada siapa saja di Kudus tentang warung-warung soto terfavorit di sana. Kemudian di dekat perbatasan Pati-Kudus (aku lupa di mana persisnya), ada warung kecil yang menyajikan snek berupa getuk.
Warung ini, meski hanya berupa gubuk kecil yang reot dan sempit, menjadi langganan orang-orang di sekitar sana. Hampir nggak pernah sepi. Para pengelolanya pun nggak pernah putus mewadahi paket-paket getuk dalam porsi kecil ke dalam bungkus dari daun pisang. Selain getuk, di sana tersedia juga lopis yang juga nyamleng. Orang mampir biasanya untuk membeli drive thru/take home, tapi bisa juga dine in. Yang dine in akan memakannya dengan teman minum berupa kopi jahe.
Roadshow selatan ke arah Salatiga dan Sala biasanya tak akan lengkap tanpa persinggahan leyeh-leyeh ke sebuah kafe yang bernama Kafe Banaran. Letaknya tak jauh dari Terminal Bawen di sisi kanan ruas jalan menuju Salatiga. Dengan bentuk bangunan dan suasana yang berkesan high class, tempat ini sebenarnya adalah kafe tempat ngopi, karena merupakan bagian dari Perkebunan Kopi Banaran yang terkenal itu.
Tentu saja di sana tersedia aneka macam kopi yang semua akan memanjakan pancaindera para coffeeholic sepertiku. Terdapat juga produk-produk kopi hasil olahan Kebun Banaran sendiri. Untuk menu makanan, favoritku di sana adalah rawon yang gelap dan luar biasa gurih. Tapi layak juga dicoba ayam gorengnya yang empuk dan kriuk-kriuk.
Last but not least, yang paling spesial adalah tur ke selatan menuju ke Magelang, Temanggung, dan Purworejo. Langganan kami adalah suatu tempat yang terletak di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, nggak jauh selepas meninggalkan Ambarawa kalau jalan dari arah Semarang.
Di sana terdapat sebuah warung yang bernama Wartel Boing. Mengapa wartel? Soalnya kedai di situ emang merangkap wartel. Sajian utama di sana berupa durian yang besar-besar, harum, dan manis. Buat para penggemar duren, such as para personel KBTa, duren Boing adalah lagu wajib yang nggak pernah bisa dilepaskan tiap kali ada tur ke selatan. Kelebihan duren di sini adalah kualitas daging buahnya yang selalu terjaga. Jangan takut akan nemu duren yang nggak enak, karena kita bisa meminta pada Ibu Pemilik Warung atau kerabatnya untuk memilihkan duren yang terenak, dan biasanya pilihan mereka tepat.
Boing terletak di kiri jalan kira-kira 100 meter dari sebuah rumah makan merangkap pangkalan truk yang bernama Kedoya. Kalau pas nggak musim duren, Boing akan banting setir berdagang kelapa muda. Tapi sejauh ini kami belum pernah mampir ke sana kalau yang pas dijajakan adalah selain duren.
Sebagai homage (penghormatan) terhadap Wartel Boing, warung ini kutampilkan dalam novel terbaruku yang sebentar lagi akan terbit. Tunggu tanggal mainnya!