By Om Daktur
BETUL itu! Biar pada saling kenal bener, plis mosting about diri sendiri plus foto. Cerita/tulisan juga seputar (Geng) Kantin Banget. O ya, halo Ratih, katanya mau jadi moderator, dah bikin "milis"-nya belum? OD gak mudheng jadi ya cuma bisa nagih. Hahaha....
Thursday, December 27, 2007
Tuesday, December 25, 2007
akhirnya,..blog kantin banget "go publik"!!..
Jelas kerena si OD sendiri juga punya blog pribadi (http//:siluetbulanluka.blogspot.com), mas Wiwin juga (http//:wiwinwinarto.blogspot.com) fokus pun terbagi, tak selamanya waktu bisa dicurahkan untuk blog kantin banget hingga mungkin jadi
alasan mengapa kita selaku anggota geng KB bisa nimbrung posting. Tapi alasan utama bukan disitu,..beberapa konspirasi mengatakan,.
1.karena blog kantin banget miliki oleh anggota geng KB,..dan sudah haknya bila anggota KB mengisi blognya sendiri
2.karena faktor kesengajaan,..bisa jadi OD benar2 sengaja nganggurin blog ini sampe hampir puturen biar merengasang ghiroh anak2 KB untuk pro aktif terhadap nyawa hidup gengnya..
3.Untuk pendewasaan,..
alasan mengapa kita selaku anggota geng KB bisa nimbrung posting. Tapi alasan utama bukan disitu,..beberapa konspirasi mengatakan,.
1.karena blog kantin banget miliki oleh anggota geng KB,..dan sudah haknya bila anggota KB mengisi blognya sendiri
2.karena faktor kesengajaan,..bisa jadi OD benar2 sengaja nganggurin blog ini sampe hampir puturen biar merengasang ghiroh anak2 KB untuk pro aktif terhadap nyawa hidup gengnya..
3.Untuk pendewasaan,..
Monday, December 24, 2007
Kantin Banget Goes Futsal
By Wiwien Wintarto
Segala yang berkaitan dengan sepakbola adalah hobiku, mulai dari nonton hingga memainkannya di video game. Satu-satunya yang aku belum pernah, atau seenggaknya jarang, adalah main sungguhan di lapangan. Sehingga ketika Om Daktur Kantin Banget menawari “lowongan kerja” untuk jadi pemain di tim futsal Kantin Banget FC, aku pun menyambut dengan antusias.
Ceritanya, KB mendapatkan tantangan untuk main futsal melawan tim bola dari SMALB-B YPPALB Magelang. Anak-anak YPPALB sendiri udah bukan orang asing buatku dan Kru KB. Pak Budi, Agung, dan teman-teman udah sering banget ikutan event-event KB. Sabtu 23 Desember 2006 Kantin Banget Talking about… pernah ke sana. Dan pertandingan futsalnya terjadi hampir setahun sesudahnya, yaitu Sabtu 15 Desember 2007 lalu.
Rombongan berangkat berenam dari Semarang, yaitu OD sendiri, Mas Heru Emka, Wawan Hermawan, Mas Prio Santosa, Unik Mumpuni, Mas Cahyo berperan sebagai pilot, dan aku. Kupikir acara hari itu adalah KBTa ke SMA Negeri 1 Magelang seperti rencana semula, baru main bolanya sore. Ternyata acara futsal adalah kegiatan satu-satunya, dan dilangsungkan pagi hari pukul 10.
Begitu sampai di sana, kami mendapat pembagian kaos bola gratis hasil sablonan anak-anak YPPALB sendiri. Untuk KB kaosnya berwarna biru, sedang tim sana pake kaos kuning. Karena jumlah kru KB sedikit, semua kecuali Unik langsung masuk starting line up, termasuk OD yang tadinya cuman pengin jadi kiper cadangan dan Mas Prio yang sebenernya pegang posisi sebagai manajer.
Yang lucu, belum apa-apa Mas Emka langsung mengungkapkan kekhawatirannya soal permainan futsal. “Ini futsal kan, Bung?” tanyanya ke OD. “Aku takut ntar bakal bernasib sama dengan Basuki!”
Hihi… Mas Emka nggak terlalu salah. Beberapa hari sebelumnya, pelawak Basuki memang meninggal dunia mendadak setelah main futsal bareng teman-teman bisnisnya. So, gara-gara kekhawatiran itu, Mas Emka pun hanya mau main jadi kiper yang nggak perlu ngos-ngosan lari kian-kemari. Empat pemain lainnya adalah semuanya kecuali Mas Cahyo yang duduk manis jadi penonton cadangan!
Aku sendiri merasa momen itu menjadi tantangan fisik yang sangat serius buatku. Pertama, udah berabad-abad lalu sejak terakhir kali aku main bola. Apa caranya nendang bola aku masih bisa? Dan kedua, aku sama sekali nggak pernah berolah raga. Gimana kalau tahu-tahu otot-ototku kram karena kaget? Atau mendadak aku ngos-ngosan nggak kuat dan lantas kolaps di tengah lapangan?
Makanya ketika kick off sudah dimulai, aku nggak mau terlalu hiperaktif mengejar bola ke manapun dia bergulir. Aku disiplin aja di posisiku persis di depan kiper dan kadang-kadang ikut maju menyerang jika memungkinkan. Pokoknya hemat tenaga dan baru akan ikut biyayakan bilamana bola atau pemain lawan datang ke arah posisiku.
Dan setelah merasakan main sendiri di permainan yang lapangannya bagus dan peraturannya jelas, baru aku tahu bola ternyata tak semudah di TV. Terlebih ini futsal, di mana kedudukan antarpemain sangat rapat karena ukuran lapangan yang kecil, sehingga pergerakan bola juga teramat sangat cepat dan sulit banget diikuti mata.
Dribel jelas hampir mustahil, karena pemain lawan akan langsung berada di depan hidung. Passing juga sangat sulit, terutama karena nggak pernah latihan mengumpan. Dan bahkan untuk nendang bola pun repot banget. Karena tergesa-gesa dan suka bingung sendiri tu bola mau diapain, arah tendanganku pun selalu aja melenceng dan nggak pernah mencapai sasarannya. Pernah satu kali aku berada persis di depan gawang lawan dan tinggal shooting. Tapi tendanganku kacau dan bolanya melebar sampai tiga meteran di kanan gawang. Untungnya aku masih bisa bergaya dengan sok pura-pura kecewa dan memukuli permukaan lapangan yang terbuat dari blok paving!
Berhubung tim YPPALB terdiri atas pemain bola sungguhan, Kantin Banget FC pun sama sekali nggak ungkulan. Babak pertama kami ketinggalan 0-4 gara-gara Mas Kiper yang masih trauma ama nasib Basuki sama sekali nggak ngotot ngejar bola tiap kali melintasi sekitar gawangnya.
Di babak kedua kedudukannya lumayan berimbang. Paling nggak aku udah tahu caranya me-marking striker lawan yang mau nyari celah kosong untuk nunggu umpan. Plus OD mengultimatum tim agar seenggak-enggaknya bisa bikin gol balasan. Dua gol bisa dilesakkan Mas Prio dan mereka bisa nambah dua lagi.
Kedudukan akhir pun menjadi 6-2 untuk YPPALB FC. Kayak skor pertandingan tenis, tapi lumayan pada babak kedua kami bisa bikin skor imbang 2-2. Itu suatu kemajuan. Menandakan bahwa Kantin Banget FC sebenernya punya peluang untuk maju dan menjadi sebuah tim bagus, apalagi kalau kami bisa punya pemain cadangan seperti tim YPPALB.
Dan begitu pertandingan berakhir, situasi para pemain KBFC pun gampang banget ditebak. Ngos-ngosan berat dan luar biasa kecapekan. Maklum, nggak ada satupun pemainnya yang masih berusia di bawah 30-an. Satu-satunya yang nggak ngos-ngosan ya jelas hanya Mas Emka, karena nggak pernah lari-lari ke manapun.
Kondisiku sendiri ternyata nggak segawat yang semula kuperkirakan. Ngos-ngosan sih memang iya, tapi nggak sampai parah dan nyaris semaput atau gimana gitu. Ya cuman capek sedikit dan sesudah itu sedikit pegel-pegel karena yang namanya otot kan selama ini nggak pernah dipake bergerak seberat itu. Untungnya sebelum pertandingan aku pemanasan dan stretching terlebih dulu, niru-niru gayanya Kaka, Ronaldo, atau Berbatov tiap kali warming up sebelum mulai main atau sebelum dimasukkan pelatih sebagai pemain cadangan, sehingga urat-uratku juga nggak terlalu kaget banget.
Dan satu lagi, napasku masih tetap lancar karena aku nggak (pernah) merokok. Tenggorokan, paru-paru, dan saluran darahku pun masih bersih suci bagai milik bayi yang baru lahir (hallah!). Aku pun nggak sampai sesak napas, gelagepen, atau bahkan dadaku sampai panas kayak terbakar karena kekurangan oksigen. Tapi bisa juga karena, untungnya, cuman futsal, bukan sepakbola sungguhan. Coba disuruh main bola soccer sungguhan, mungkin aku cuman berani ambil posisi kiper kayak Mas Emka!
Yang jelas pengalaman main futsal kemarin sangat menarik karena akhirnya aku bisa turun ke lapangan kembali dan merasakan bahwa main sendiri ternyata sangat luar biasa sulit plus memusingkan. Jadi kalo pas nonton di TV aku sering marah-marah pada Rooney, Drogba, atau Bambang Pamungkas yang tendangannya ke gawang melenceng jauh, mungkin kalo kemarin pertandingan futsal itu ada yang nonton di TV, penonton bakal menyumpahserapahi aku karena cuman untuk nendang pun nggak bisa!
Tapi karena aku hobi soccer, aku pasti masih mau kalau ntar ada tawaran friendly match lagi. Ayo, ayo, siapa berani menantang Kantin Banget FC!?
Segala yang berkaitan dengan sepakbola adalah hobiku, mulai dari nonton hingga memainkannya di video game. Satu-satunya yang aku belum pernah, atau seenggaknya jarang, adalah main sungguhan di lapangan. Sehingga ketika Om Daktur Kantin Banget menawari “lowongan kerja” untuk jadi pemain di tim futsal Kantin Banget FC, aku pun menyambut dengan antusias.
Ceritanya, KB mendapatkan tantangan untuk main futsal melawan tim bola dari SMALB-B YPPALB Magelang. Anak-anak YPPALB sendiri udah bukan orang asing buatku dan Kru KB. Pak Budi, Agung, dan teman-teman udah sering banget ikutan event-event KB. Sabtu 23 Desember 2006 Kantin Banget Talking about… pernah ke sana. Dan pertandingan futsalnya terjadi hampir setahun sesudahnya, yaitu Sabtu 15 Desember 2007 lalu.
Rombongan berangkat berenam dari Semarang, yaitu OD sendiri, Mas Heru Emka, Wawan Hermawan, Mas Prio Santosa, Unik Mumpuni, Mas Cahyo berperan sebagai pilot, dan aku. Kupikir acara hari itu adalah KBTa ke SMA Negeri 1 Magelang seperti rencana semula, baru main bolanya sore. Ternyata acara futsal adalah kegiatan satu-satunya, dan dilangsungkan pagi hari pukul 10.
Begitu sampai di sana, kami mendapat pembagian kaos bola gratis hasil sablonan anak-anak YPPALB sendiri. Untuk KB kaosnya berwarna biru, sedang tim sana pake kaos kuning. Karena jumlah kru KB sedikit, semua kecuali Unik langsung masuk starting line up, termasuk OD yang tadinya cuman pengin jadi kiper cadangan dan Mas Prio yang sebenernya pegang posisi sebagai manajer.
Yang lucu, belum apa-apa Mas Emka langsung mengungkapkan kekhawatirannya soal permainan futsal. “Ini futsal kan, Bung?” tanyanya ke OD. “Aku takut ntar bakal bernasib sama dengan Basuki!”
Hihi… Mas Emka nggak terlalu salah. Beberapa hari sebelumnya, pelawak Basuki memang meninggal dunia mendadak setelah main futsal bareng teman-teman bisnisnya. So, gara-gara kekhawatiran itu, Mas Emka pun hanya mau main jadi kiper yang nggak perlu ngos-ngosan lari kian-kemari. Empat pemain lainnya adalah semuanya kecuali Mas Cahyo yang duduk manis jadi penonton cadangan!
Aku sendiri merasa momen itu menjadi tantangan fisik yang sangat serius buatku. Pertama, udah berabad-abad lalu sejak terakhir kali aku main bola. Apa caranya nendang bola aku masih bisa? Dan kedua, aku sama sekali nggak pernah berolah raga. Gimana kalau tahu-tahu otot-ototku kram karena kaget? Atau mendadak aku ngos-ngosan nggak kuat dan lantas kolaps di tengah lapangan?
Makanya ketika kick off sudah dimulai, aku nggak mau terlalu hiperaktif mengejar bola ke manapun dia bergulir. Aku disiplin aja di posisiku persis di depan kiper dan kadang-kadang ikut maju menyerang jika memungkinkan. Pokoknya hemat tenaga dan baru akan ikut biyayakan bilamana bola atau pemain lawan datang ke arah posisiku.
Dan setelah merasakan main sendiri di permainan yang lapangannya bagus dan peraturannya jelas, baru aku tahu bola ternyata tak semudah di TV. Terlebih ini futsal, di mana kedudukan antarpemain sangat rapat karena ukuran lapangan yang kecil, sehingga pergerakan bola juga teramat sangat cepat dan sulit banget diikuti mata.
Dribel jelas hampir mustahil, karena pemain lawan akan langsung berada di depan hidung. Passing juga sangat sulit, terutama karena nggak pernah latihan mengumpan. Dan bahkan untuk nendang bola pun repot banget. Karena tergesa-gesa dan suka bingung sendiri tu bola mau diapain, arah tendanganku pun selalu aja melenceng dan nggak pernah mencapai sasarannya. Pernah satu kali aku berada persis di depan gawang lawan dan tinggal shooting. Tapi tendanganku kacau dan bolanya melebar sampai tiga meteran di kanan gawang. Untungnya aku masih bisa bergaya dengan sok pura-pura kecewa dan memukuli permukaan lapangan yang terbuat dari blok paving!
Berhubung tim YPPALB terdiri atas pemain bola sungguhan, Kantin Banget FC pun sama sekali nggak ungkulan. Babak pertama kami ketinggalan 0-4 gara-gara Mas Kiper yang masih trauma ama nasib Basuki sama sekali nggak ngotot ngejar bola tiap kali melintasi sekitar gawangnya.
Di babak kedua kedudukannya lumayan berimbang. Paling nggak aku udah tahu caranya me-marking striker lawan yang mau nyari celah kosong untuk nunggu umpan. Plus OD mengultimatum tim agar seenggak-enggaknya bisa bikin gol balasan. Dua gol bisa dilesakkan Mas Prio dan mereka bisa nambah dua lagi.
Kedudukan akhir pun menjadi 6-2 untuk YPPALB FC. Kayak skor pertandingan tenis, tapi lumayan pada babak kedua kami bisa bikin skor imbang 2-2. Itu suatu kemajuan. Menandakan bahwa Kantin Banget FC sebenernya punya peluang untuk maju dan menjadi sebuah tim bagus, apalagi kalau kami bisa punya pemain cadangan seperti tim YPPALB.
Dan begitu pertandingan berakhir, situasi para pemain KBFC pun gampang banget ditebak. Ngos-ngosan berat dan luar biasa kecapekan. Maklum, nggak ada satupun pemainnya yang masih berusia di bawah 30-an. Satu-satunya yang nggak ngos-ngosan ya jelas hanya Mas Emka, karena nggak pernah lari-lari ke manapun.
Kondisiku sendiri ternyata nggak segawat yang semula kuperkirakan. Ngos-ngosan sih memang iya, tapi nggak sampai parah dan nyaris semaput atau gimana gitu. Ya cuman capek sedikit dan sesudah itu sedikit pegel-pegel karena yang namanya otot kan selama ini nggak pernah dipake bergerak seberat itu. Untungnya sebelum pertandingan aku pemanasan dan stretching terlebih dulu, niru-niru gayanya Kaka, Ronaldo, atau Berbatov tiap kali warming up sebelum mulai main atau sebelum dimasukkan pelatih sebagai pemain cadangan, sehingga urat-uratku juga nggak terlalu kaget banget.
Dan satu lagi, napasku masih tetap lancar karena aku nggak (pernah) merokok. Tenggorokan, paru-paru, dan saluran darahku pun masih bersih suci bagai milik bayi yang baru lahir (hallah!). Aku pun nggak sampai sesak napas, gelagepen, atau bahkan dadaku sampai panas kayak terbakar karena kekurangan oksigen. Tapi bisa juga karena, untungnya, cuman futsal, bukan sepakbola sungguhan. Coba disuruh main bola soccer sungguhan, mungkin aku cuman berani ambil posisi kiper kayak Mas Emka!
Yang jelas pengalaman main futsal kemarin sangat menarik karena akhirnya aku bisa turun ke lapangan kembali dan merasakan bahwa main sendiri ternyata sangat luar biasa sulit plus memusingkan. Jadi kalo pas nonton di TV aku sering marah-marah pada Rooney, Drogba, atau Bambang Pamungkas yang tendangannya ke gawang melenceng jauh, mungkin kalo kemarin pertandingan futsal itu ada yang nonton di TV, penonton bakal menyumpahserapahi aku karena cuman untuk nendang pun nggak bisa!
Tapi karena aku hobi soccer, aku pasti masih mau kalau ntar ada tawaran friendly match lagi. Ayo, ayo, siapa berani menantang Kantin Banget FC!?
Wednesday, July 11, 2007
”Unjuk Rasa”
UDAH lebih dari dua tahun Kantin Banget keliling sekolah dan baru-baru ini mulai ”goes to campus”. Bukan karena skul lagi pada libur, melainkan karena Dyana –anggota geng yang ngundang lewat Mas Prio-- kebetulan mahasiswi STIE As-Sholeh Pemalang. Nggak sengaja, tapi boleh juga diterusin ke kampus-kampus lain. Kalau itu terjadi, tim Kantin Banget nggak bakalan lupa jasa Dyana sebagai pioner ”talking about...” di kampus. Suer!
Liputan acara hari itu udah ditulis Mbak Unik minggu lalu (”Hayo... Cemburu, cemburu!”, Edisi Minggu Suara Merdeka, 8 Juli 2007). Tapi ada yang belum tercatat di sana, yakni adegan seusai ”talking about…”. Saat kami pamit, Dyana ngajak kami mampir ke Jln Semeru. Sampai di tujuan, dia langsung ”lenyap”. Kami bingung.
Tapi setelah membaca tulisan Susu Kedelai ”Unjuk Rasa” di boks-becak di halaman rumah, kami bisa menduga (GR dikit gpp-lah) apa yang sedang Dyana lakukan di dalam sana. Ternyata benar. Beberapa saat kemudian dia nongol dengan tas di tangan.
”Ini susu kedelai dari teman-teman,” katanya pada Mas Prio. Ketika kami bertanya, ”Ini rumahmu?” Dyana cepat menjawab, ”Bukan. Ini rumah orang yang membiayai sekolahku...” Wow! Kami salut atas kejujuran itu.
Kami juga senang. Sangat senang malah. Apa sebab? Pertama, Dyana ngundang kami bukan sekadar untuk ”berbagi cerita, ilmu, dan haha-hihi” di depan teman-temannya, melainkan juga untuk silaturahim. Mampir, bingkisan, dan kejujuran itu buktinya.
Kedua, dalam perjalanan pulang ke Semarang, kami berkesempatan menikmati susu kedelai aneka rasa (dari cokelat sampai stroberi) yang ternyata emang ”unjuk rasa” banget. Thanks ya, Na! Sampaikan salam kami untuk ortu dan orang-orang yang sayang sama kamu. Semuanya.
Ehm, kalau dirasa-rasa, adegan di luar acara seperti itulah yang bikin kami ”bertahan” hingga sekarang. Nggak selalu terjadi, tapi setiap kali terjadi, langsung mengusir penat dan boring. Di Limpung, panitia rame-rame nyetempel tangan kami. Di Solo, panitia ngasih kami teh botol Sosro saat mereka dan peserta minum Fanta dan Coca-Cola. Di Magelang, panitia dan peserta nantang kami nyablon ”kaos sendiri”. Di Demak, peserta minta doa lulus dan mencium tangan kami....
Seperti rubrik dan geng, ”Kantin Banget Talking about...” adalah media silaturahim. Rezekinya, bisa jadi, nggak terasa sekarang, tapi kelak di kemudian hari. Aminlah amin...
Liputan acara hari itu udah ditulis Mbak Unik minggu lalu (”Hayo... Cemburu, cemburu!”, Edisi Minggu Suara Merdeka, 8 Juli 2007). Tapi ada yang belum tercatat di sana, yakni adegan seusai ”talking about…”. Saat kami pamit, Dyana ngajak kami mampir ke Jln Semeru. Sampai di tujuan, dia langsung ”lenyap”. Kami bingung.
Tapi setelah membaca tulisan Susu Kedelai ”Unjuk Rasa” di boks-becak di halaman rumah, kami bisa menduga (GR dikit gpp-lah) apa yang sedang Dyana lakukan di dalam sana. Ternyata benar. Beberapa saat kemudian dia nongol dengan tas di tangan.
”Ini susu kedelai dari teman-teman,” katanya pada Mas Prio. Ketika kami bertanya, ”Ini rumahmu?” Dyana cepat menjawab, ”Bukan. Ini rumah orang yang membiayai sekolahku...” Wow! Kami salut atas kejujuran itu.
Kami juga senang. Sangat senang malah. Apa sebab? Pertama, Dyana ngundang kami bukan sekadar untuk ”berbagi cerita, ilmu, dan haha-hihi” di depan teman-temannya, melainkan juga untuk silaturahim. Mampir, bingkisan, dan kejujuran itu buktinya.
Kedua, dalam perjalanan pulang ke Semarang, kami berkesempatan menikmati susu kedelai aneka rasa (dari cokelat sampai stroberi) yang ternyata emang ”unjuk rasa” banget. Thanks ya, Na! Sampaikan salam kami untuk ortu dan orang-orang yang sayang sama kamu. Semuanya.
Ehm, kalau dirasa-rasa, adegan di luar acara seperti itulah yang bikin kami ”bertahan” hingga sekarang. Nggak selalu terjadi, tapi setiap kali terjadi, langsung mengusir penat dan boring. Di Limpung, panitia rame-rame nyetempel tangan kami. Di Solo, panitia ngasih kami teh botol Sosro saat mereka dan peserta minum Fanta dan Coca-Cola. Di Magelang, panitia dan peserta nantang kami nyablon ”kaos sendiri”. Di Demak, peserta minta doa lulus dan mencium tangan kami....
Seperti rubrik dan geng, ”Kantin Banget Talking about...” adalah media silaturahim. Rezekinya, bisa jadi, nggak terasa sekarang, tapi kelak di kemudian hari. Aminlah amin...
Sunday, July 1, 2007
Roadshow & Wisata Kuliner
By Wiwien Wintarto
Salah satu unsur yang paling menarik dari acara roadshow Kantin Banget Talking about… adalah wisata kulinernya. Yap, macam Om Bondan yang action berkeliling Nusantara untuk mencicipi makanan-makanan terenak dan khas daerah setempat, KBTa juga melakukan hal serupa, tentu saja masih dalam lingkup Jawa Tengah tok.
Dan yang asyik, tiap kota yang udah pernah kami kunjungi selalu menyimpan jenis-jenis hidangan khas yang semuanya lezat tak terlupakan. Akibatnya, tiap kali kami bertandang ke kota atau arah jurusan itu, tujuan wisata kulinernya tetep nggak berubah alias udah jadi langganan tetap.
Secara umum ada tiga arah jurusan utama roadshow rombongan tim KBTa selama ini, yaitu barat ke kota-kota pantura macam Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, hingga Tegal; timur ke Demak, Kudus, Pati, Purwodadi, Blora, dst; dan selatan. Arah selatan pun terbagi dua, yaitu ke arah Magelang, Temanggung, Purworejo, dan satunya lagi menuju Salatiga dan Sala (menurut kaum sepuh, mBacanya ternyata “Sala” dengan huruf “a” (ao) diucapkan macam dalam kata “sanga”/”pohon”, dan bukannya “O” utuh (“Solo”) seperti dalam kata “bocah”/”polah”).
Tiap go west macam pas terakhir kali ke Pemalang tanggal 30 Juni lalu, kami pasti mampir ke Ayam Goreng Panas Mbak Parwati (atau Purwati? Rada ra kelingan!) di dekat alun-alun Batang. Seperti namanya, menu utama (dan satu-satunya di kedai ini) adalah ayam goreng. Dan karena bener-bener baru dientas dari wajan penggorengan, panasnya pun minta ampun. Boleh dibilang menit-menit pertama acara santap akan berlangsung uncomfortable karena tangan kita pasti akan kecanthang (kepanasen) saat memegang tu ayam.
Tapi keadaan uncomfortable itu pasti akan tergantikan oleh kelezatan ayam goreng yang demikian memukau lidah. Dagingnya empuk, pulen, dan gurih. Ciri khasnya adalah, mereka menggorengnya dengan campuran telur, jadi kremesannya adalah berbentuk pinggiran telur yang crunchy, garing, dan kemripik.
Saat pertama masuk, kita dipersilakan untuk memilih bagian mana yang kita kehendaki. Apa paha, dada, kepala, atau suwiwi (sayap). Kusarankan untuk memilih dada, soale guede dan muantep nggak abis-abis. Dan seperti kebiasaan makanan gorengan di Indonesia, penyajiannya pun dilengkapi dengan lalap timun, kubis, daun kemangi, dan sambel yang luar biasa sedap.
Untuk tur ke timur, menu wajib yang harus kalian coba adalah soto Kudus yang ada di dalam wilayah Kota Kudus. Any warung soto di sana menyajikan cita rasa soto yang Kudus banget. Kalau nggak mudeng peta persotoannya, bisa tanya pada siapa saja di Kudus tentang warung-warung soto terfavorit di sana. Kemudian di dekat perbatasan Pati-Kudus (aku lupa di mana persisnya), ada warung kecil yang menyajikan snek berupa getuk.
Warung ini, meski hanya berupa gubuk kecil yang reot dan sempit, menjadi langganan orang-orang di sekitar sana. Hampir nggak pernah sepi. Para pengelolanya pun nggak pernah putus mewadahi paket-paket getuk dalam porsi kecil ke dalam bungkus dari daun pisang. Selain getuk, di sana tersedia juga lopis yang juga nyamleng. Orang mampir biasanya untuk membeli drive thru/take home, tapi bisa juga dine in. Yang dine in akan memakannya dengan teman minum berupa kopi jahe.
Roadshow selatan ke arah Salatiga dan Sala biasanya tak akan lengkap tanpa persinggahan leyeh-leyeh ke sebuah kafe yang bernama Kafe Banaran. Letaknya tak jauh dari Terminal Bawen di sisi kanan ruas jalan menuju Salatiga. Dengan bentuk bangunan dan suasana yang berkesan high class, tempat ini sebenarnya adalah kafe tempat ngopi, karena merupakan bagian dari Perkebunan Kopi Banaran yang terkenal itu.
Tentu saja di sana tersedia aneka macam kopi yang semua akan memanjakan pancaindera para coffeeholic sepertiku. Terdapat juga produk-produk kopi hasil olahan Kebun Banaran sendiri. Untuk menu makanan, favoritku di sana adalah rawon yang gelap dan luar biasa gurih. Tapi layak juga dicoba ayam gorengnya yang empuk dan kriuk-kriuk.
Last but not least, yang paling spesial adalah tur ke selatan menuju ke Magelang, Temanggung, dan Purworejo. Langganan kami adalah suatu tempat yang terletak di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, nggak jauh selepas meninggalkan Ambarawa kalau jalan dari arah Semarang.
Di sana terdapat sebuah warung yang bernama Wartel Boing. Mengapa wartel? Soalnya kedai di situ emang merangkap wartel. Sajian utama di sana berupa durian yang besar-besar, harum, dan manis. Buat para penggemar duren, such as para personel KBTa, duren Boing adalah lagu wajib yang nggak pernah bisa dilepaskan tiap kali ada tur ke selatan. Kelebihan duren di sini adalah kualitas daging buahnya yang selalu terjaga. Jangan takut akan nemu duren yang nggak enak, karena kita bisa meminta pada Ibu Pemilik Warung atau kerabatnya untuk memilihkan duren yang terenak, dan biasanya pilihan mereka tepat.
Boing terletak di kiri jalan kira-kira 100 meter dari sebuah rumah makan merangkap pangkalan truk yang bernama Kedoya. Kalau pas nggak musim duren, Boing akan banting setir berdagang kelapa muda. Tapi sejauh ini kami belum pernah mampir ke sana kalau yang pas dijajakan adalah selain duren.
Sebagai homage (penghormatan) terhadap Wartel Boing, warung ini kutampilkan dalam novel terbaruku yang sebentar lagi akan terbit. Tunggu tanggal mainnya!
Saturday, June 2, 2007
Entah demi Apa dan Siapa
Lama terpikir, baru sekarang blog ini terlahir. Entah demi apa dan siapa. Yang penting, ADA!
Subscribe to:
Posts (Atom)