Friday, February 29, 2008

Let's Talk about Love

By Wiwien Wintarto

Aku bukan orang EO. Per-EO-an sama sekali bukan bidangku. Jadi ketika aku ngikut orang-orang Kantin Banget (kini ditulis dari angle orang non-SM!) untuk menyelenggarakan Kantin Banget Talking about Love with Mbak Pipiet (KBTALWMP), yang ada di benak hanyalah ragu, ragu, dan ragu.


Aku mikir, apa bisa? CV-ku dalam urusan EO nol besar. Nggak pernah ada isinya apapun sebelum ini. Terlebih ini event gede. Sangat high profile karena digelar di luar kandang, yaitu di Hotel Ciputra, bukan di Kaligawe macam biasanya, dan melibatkan peserta yang datang nggak dengan undangan, melainkan beli tiket (harganya selangit lagi!).
Kerjaan yang kupegang adalah sebagai seksi acara. Kalau zaman TVRI dulu namanya PA (pengarah acara). Istilah kerennya program director. Dan di pentas malam anugerah Grammy Awards kemarin, posisiku disebut stage manager. Tugasku mengatur rangkaian jalannya acara sejak dari prapertunjukan, pertunjukannya, dan pascapertunjukan.
Dalam acara-acara Kantin Banget sebelumnya, kerjaanku hanya sesimpel bikin jadwal acara. Dengan aku kadang merangkap tugas sebagai MC juga, pekerjaan itu bisa terlaksana ibaratnya sambil merem. Tapi sekali itu, tanggal 10 Februari 2008 itu, urusannya ternyata nggak segampang dan sesimpel sebelumnya.
Banyak orang (luar) yang harus diurus, dikendalikan, diatur, dan dikoordinasi. MC yang “impor” dari Suara Sakti, sesi-sesi talk show, jatah penampilan band, urut-urutan penampilan pesan sponsor, durasi masing-masing mata acara yang harus sama ketat dengan jadwal tayang acara TV, kelancaran fungsi semua perlengkapan acara, pengaturan aliran hadiah, gift, serta merchandising, dan yang paling mendebarkan, antisipasi terhadap berbagai perubahan jadwal dan materi acara yang bersifat real-time.
Semua itu bikin aku pusing sejak pukul 16 Sabtu sore tanggal 9 saat mulai loading di TKP hingga ketika acara berakhir hari Minggunya jam dua siang. Puncak thriller terjadi dini hari sekitar pukul 1 sesudah acara makan malam di nasi ayam parkiran Plasa Simpanglima. Badan dan otak sudah capek, tapi masih banyak yang harus dibereskan.
Aku masih harus nonton dan menyeleksi dua judul film pendek, yaitu Jendela dan Manten Wurung; harus merancang ide acara games; harus memilah gift untuk door prize, penanya, dan hadiah games; harus menyesuaikan ulang jadwal acara; dan harus menyusun “skenario” percakapan MC karena kali ini MC-nya impor.
Aku sampai rumah pukul 1.30 pagi, dan baru bisa tidur sekitar dua jam kemudian setelah semua kerjaan itu selesai. Harus bangun sepagi mungkin karena pukul 7.30 sudah harus stand by di TKP. Tapi yang paling bikin gondok adalah printer macet karena tinta cartridge habis sehingga nggak langsung bisa mencetak semua dokumen. Untung ada business center hotel yang bisa mengeprin dan fotokopi, meski ongkos selembar print adalah Rp 9.500 (bandingkan dengan ongkos normal yang hanya Rp 400 perlembar! Iki nek Vie’s mesti langsung mBengok “KAPITALISME!!”).
Dan fortunately, setelah show-nya berjalan, semua ternyata bisa berjalan tak seruwet yang semula kuperkirakan. Kecuali jadwal acara yang molor satu jam dari rencana semula, pertunjukan berlangsung relatif lancar tanpa hambatan berarti. Ada sih sedikit bolong-bolong di sana-sini, yang pasti malu-maluin seandainya itu adalah siaran langsung televisi kayak Grammy Awards.
At least nggak ada insiden gawat kayak listrik mati, peralatan elektronik yang macet nggak berfungsi, host atau narasumber kolaps, keributan penonton, atau mike dan sound yang mendadak mati saat Romance main sehingga penonton berteriak “huuuuu…!!”.
Kekurangannya di pihakku cuman gara-gara nggak tahu peta dikarenakan minimnya fly watch-ku tok sebagai orang EO. Maksudnya, aku sebagai stage manager nggak tahu bahwa aku punya wewenang untuk meng-cut acara yang terlalu panjang, seperti presentasi sponsor yang bertele-tele melebihi 10 menit. Aku takut mereka bakal marah dan nggak mau kerja sama lagi pada masa depan, sehingga akhirnya harus si Unik yang menghubungi pihak sponsor untuk memendekkan durasi presentasi mereka.
Namun di luar semua plus minusnya, baik dari urusanku sendiri sebagai sie acara maupun keseluruhan event, aku belajar banyak dari KBTALWMP kemaren. As usual, di manapun aku kerja dan apapun yang sedang kukerjakan, aku selalu mengerjakannya dengan enjoi seperti aku tengah bermain atau tengah melakukan sesuatu yang jadi hobiku. Begitu juga di acara tempo hari itu.
Oleh karenanya, meskipun ada banyak masalah yang membayangi dan menghantui, tapi dari sudut pandangku sendiri, event KB kali ini tetep menjadi sesuatu yang fun dan menyenangkan. Semoga ke depannya masih akan ada cukup banyak kegiatan-kegiatan kayak gini.

3 comments:

budi maryono said...

Oooo, jebule bingung barang to? Hahaha... Wis, saiki "metu" wae!

Anonymous said...

Wis nar tooooo!
sing penting ga ndresulo, thanks tuk pengalamane!
tmbah wawasane tooooo?
sing maune ga pengalaman dadi pengalaman!!!!

MC ne kocak nganti nganti pada ngakak untune garing hihihihihi

wiwien wintarto said...

"metu" apane? nang ndi metune?

to ano: mbok yo ojo anonymous to yo... rasanya kayak mbaca surat kaleng! wong pake nama samaran sembarang yo ra ono sing nyeneni kok. enggane wedi diapakke karo sing nunggu blog-e kantinbanget...?